Tafsir Surat Al-Fath (ayat 11-15)
A. Teks Ayat dan Terjemah surat al-Fath ayat 11-15[1]
Orang-orang Badui yang
tertinggal (tidak turut ke Hudaibiah) akan mengatakan: "Harta dan
keluarga kami telah merintangi kami, maka mohonkanlah ampunan untuk
kami"; mereka mengucapkan dengan lidahnya apa yang tidak ada dalam
hatinya. Katakanlah: "Maka siapakah (gerangan) yang dapat
menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudaratan bagimu
atau jika Dia menghendaki manfaat bagimu. Sebenarnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
|
سَيَقُولُ لَكَ ٱلْمُخَلَّفُونَ
مِنَ ٱلْأَعْرَابِ شَغَلَتْنَآ أَمْوَٰلُنَا وَأَهْلُونَا فَٱسْتَغْفِرْ لَنَا
ۚ يَقُولُونَ بِأَلْسِنَتِهِم مَّا لَيْسَ فِى قُلُوبِهِمْ ۚ قُلْ فَمَن
يَمْلِكُ لَكُم مِّنَ ٱللَّهِ شَيْـًٔا إِنْ أَرَادَ بِكُمْ ضَرًّا أَوْ أَرَادَ
بِكُمْ نَفْعًۢا ۚ بَلْ كَانَ ٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًۢا
|
11
|
Tetapi kamu menyangka bahwa Rasul dan
orang-orang mukmin tidak sekali-kali akan kembali kepada keluarga mereka
selama-lamanya dan setan telah menjadikan kamu memandang baik dalam hatimu
persangkaan itu, dan kamu telah menyangka dengan sangkaan yang buruk dan kamu
menjadi kaum yang binasa.
|
بَلْ ظَنَنتُمْ أَن لَّن
يَنقَلِبَ ٱلرَّسُولُ وَٱلْمُؤْمِنُونَ إِلَىٰٓ أَهْلِيهِمْ أَبَدًۭا وَزُيِّنَ
ذَٰلِكَ فِى قُلُوبِكُمْ وَظَنَنتُمْ ظَنَّ ٱلسَّوْءِ وَكُنتُمْ قَوْمًۢا
بُورًۭا
|
12
|
Dan barang siapa yang tidak beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya maka sesungguhnya Kami menyediakan untuk orang-orang yang
kafir neraka yang bernyala-nyala.
|
وَمَن لَّمْ يُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ
وَرَسُولِهِۦ فَإِنَّآ أَعْتَدْنَا لِلْكَٰفِرِينَ سَعِيرًۭا
|
13
|
Dan hanya kepunyaan Allah-lah kerajaan langit
dan bumi. Dia memberi ampun kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan mengazab
siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
|
وَلِلَّهِ مُلْكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ
وَٱلْأَرْضِ ۚ يَغْفِرُ لِمَن يَشَآءُ وَيُعَذِّبُ مَن يَشَآءُ ۚ وَكَانَ
ٱللَّهُ غَفُورًۭا رَّحِيمًۭا
|
14
|
Orang-orang Badui yang tertinggal itu akan
berkata apabila kamu berangkat untuk mengambil barang rampasan:
"Biarkanlah kami, niscaya kami mengikuti kamu; mereka hendak merubah
janji Allah. Katakanlah: "Kamu sekali-kali tidak (boleh) mengikuti kami:
demikian Allah telah menetapkan sebelumnya"; mereka akan mengatakan:
"Sebenarnya kamu dengki kepada kami". Bahkan mereka tidak mengerti
melainkan sedikit sekali.
|
سَيَقُولُ ٱلْمُخَلَّفُونَ إِذَا
ٱنطَلَقْتُمْ إِلَىٰ مَغَانِمَ لِتَأْخُذُوهَا ذَرُونَا نَتَّبِعْكُمْ ۖ
يُرِيدُونَ أَن يُبَدِّلُوا۟ كَلَٰمَ ٱللَّهِ ۚ قُل لَّن تَتَّبِعُونَا
كَذَٰلِكُمْ قَالَ ٱللَّهُ مِن قَبْلُ ۖ فَسَيَقُولُونَ بَلْ تَحْسُدُونَنَا ۚ
بَلْ كَانُوا۟ لَا يَفْقَهُونَ إِلَّا قَلِيلًۭا
|
15
|
B. Makna Mufrodat Kata Sulit
·
ٱلْمُخَلَّفُونَ : jamak dari mukkhallaf, artinya orang yang tertinggal di
suatu tempat di belakang orang-orang yang keluar dari tempat itu.
·
يَقُولُونَ بِأَلْسِنَتِهِم مَّا
لَيْسَ فِى قُلُوبِهِمْ : mereka
mengucapkan dengan lidah-lidah mereka sesuatu yang tidak ada dalam hati mereka.
Maksudnya, bahwa perkataan mereka di ujung lidah tidaklah sesuai dengan apa
yang ada dalam hatinya. jadi, perkataan itu adalah perkataan yang nyata-nyata
dusta.
·
ضَرًّا : yang
di maksud di sini adalah apa saja yang membahayakan, seperti kebinasaan dan
hilangnya keluarga dan harta.
·
نَفْعًۢا : yang
di maksud adalah apa saja yang bermanfaat, seperti terpeliharanya harta dan
keluarga.
·
يَنقَلِبَ : pulang.
·
إِلَىٰٓ أَهْلِيهِمْ : kepada
keluarga dan kerabat-kerabat mereka.
·
بُورًۭا: orang-orang yang binasa
dikarenakan aqidah-aqidah mereka rusak dan niat-niat mereka yang buruk.
·
سَعِيرًۭا:
neraka yang di nyalakan dan berkobar-kobar.
·
مَغَانِمَ:
harta rampasan perang khaibar.
C. Uraian Tafsir
Allah Ta’ala berfirman seraya memberitahukan
kepada Rasulullah tentang alasan orang-orang badui yang tidak ikut serta ke
Hudaibiyyah. Mereka lebih memilih tinggal bersama keluarga dan kesibukan mereka
serta enggan melakukan perjalanan bersama Rasulullah SAW, mereka beralasan
bahwa mereka sibuk. Dan mereka meminta supaya Rasulullah SAW memohonkan ampunan
bagi mereka. Ucapan itu hanya sebagai basa-basi, bukan sebagai keyakinan,
bahkan merupakan siasat dan tipu daya serta cenderung dibuat-buat[3].
Oleh karena itu, Allah berfirman :
سَيَقُولُ لَكَ ٱلْمُخَلَّفُونَ مِنَ
ٱلْأَعْرَابِ شَغَلَتْنَآ أَمْوَٰلُنَا وَأَهْلُونَا فَٱسْتَغْفِرْ لَنَا ۚ
يَقُولُونَ بِأَلْسِنَتِهِم مَّا لَيْسَ فِى قُلُوبِهِمْ ۚ قُلْ فَمَن يَمْلِكُ
لَكُم مِّنَ ٱللَّهِ شَيْـًٔا إِنْ أَرَادَ بِكُمْ ضَرًّا أَوْ أَرَادَ بِكُمْ
نَفْعًۢا ۚ بَلْ كَانَ ٱللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًۢا
Maksudnya, tidak ada seorang pun yang
mampu menolak apa yang dikehendaki Allah terhadap kalian. Maha tinggi lagi Mahasuci Dia, dan Dia
Mahamengetahui segala apa yang kalian rahasiakan dan sembunyikan, meskipun
kalian mengada-ada dan bersifat munafik terhadap kami. Ketidakikutsertaan
kalian itu sama sekali tidak beralasan dan tidak berhalangan, tetapi sebagai bentuk
keraguan dan kemunafikan[4].
Keraguan tersebut di jelaskan di ayat selanjutnya.
بَلْ ظَنَنتُمْ أَن لَّن يَنقَلِبَ
ٱلرَّسُولُ وَٱلْمُؤْمِنُونَ إِلَىٰٓ أَهْلِيهِمْ أَبَدًۭا
Mereka berkeyakinan bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW dan orang-orang mu’min
akan terbunuh, akan binasa semuanya, dan tidak ada seorang pun dari mereka yang
kembali kepada para keluarganya selama-lamanya (dengan membawa berita).
وَزُيِّنَ ذَٰلِكَ فِى قُلُوبِكُمْ
وَظَنَنتُمْ ظَنَّ ٱلسَّوْءِ وَكُنتُمْ قَوْمًۢا بُورًۭا
Syetan menghiasi hati mereka dengan
persangkaan tersebut hingga diri mereka tertahan (tertinggal) dari kelompok
Rasulullah. Dan mereka menyangka bahwa Allah SWT tidak akan menolong Nabi
Muhammad SAW dan orang-orang mu‟min dari para musuhnya, sehingga mereka
terbunuh[5].
Makna بُوْرًا
di atas adalah merekalah kaum yang rusak didalam dirinya, hatinya, niatnya, dan
tidak ada sedikit pun kebaikan pada diri mereka. Atau kaum yang
binasa di sisi Allah SWT sehingga Allah murka terhadapnya dan memberikan siksa
padanya.
وَمَن لَّمْ يُؤْمِنۢ بِٱللَّهِ
وَرَسُولِهِۦ فَإِنَّآ أَعْتَدْنَا لِلْكَٰفِرِينَ سَعِيرًۭا
Kafir didalam
ayat ini adalah seseorang yang tidak mengumpulkan diantara dua keimanan yaitu
beriman kepada Allah dan rasul-Nya.7 Atau seseorang yang tidak membenarkan segala sesuatu yang
datang (Khabar) dari Allah SWT, dan tidak membenarkan pula segala sesuatu yang
datang dari Nabi muhammad SAW. Dan tempat yang dikhususkan bagi
mereka kelak di akhirat adalah Neraka Sa‟ir karena kekafirannya terhadap Allah
SWT[6].
وَلِلَّهِ مُلْكُ ٱلسَّمَٰوَٰتِ
وَٱلْأَرْضِ ۚ يَغْفِرُ لِمَن يَشَآءُ وَيُعَذِّبُ مَن يَشَآءُ ۚ
Sesungguhnya Allah SWT adalah penguasa
sekaligus pengatur segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi. Maka tidak
ada seorang pun yang mampu menolak segala ketetapan-Nya. Dia memberikan ampun
kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan mengazab siapa yang dikehendaki-Nya. Dan
hal inilah yang dicari oleh mereka (orang yang tertinggal) atas istigfar dari
Rasulullah sehingga mereka mendapatkan ampunan-Nya dan Ma‟af-Nya jika mereka
mau bertaubat dan kembali kepada Allah SWT.
ۚ
وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورًۭا رَّحِيمًۭا
Allah memilki
banyak ampunan dan rahmat bagi siapa saja yang Ia kehendaki dari selain
musuh-Nya yaitu orang-orang kafir, maka mereka terputus dari hal tersebut.9 Sifat
pengampun dan pemaaf itu datang dari dzat-Nya. Dan didalam
hadits Qudsi yang dikeluarkan oleh Muslim dari Abi Hurairah yaitu “kasih
sayang-Ku telah mendahului murka-Ku.”
Ayat ini
adalah sebagai anjuran bagi mereka (ٱلْمُخَلَّفُونَ)
untuk bertaubat dan kembali
kepada perintah Allah SWT yaitu taat pada Rasul-Nya. Karena
sesungguhnya Allah mengampuni orang-orang yang mengikuti-Nya dan menyayangi
mereka jika mereka mau kembali dan ikhlas dalam beramal kepada-Nya.
سَيَقُولُ ٱلْمُخَلَّفُونَ إِذَا ٱنطَلَقْتُمْ
إِلَىٰ مَغَانِمَ لِتَأْخُذُوهَا ذَرُونَا نَتَّبِعْكُمْ
Orang-orang
yang tidak ikut berumroh bersamamu (Muhammad) dalam peristiwa Hudaibiyyah, yang
kemudian menyampaikan alasan bahwa mereka sibuk mengurusi harta dan keluarga,
mereka akan berkata kepadamu: “ajaklah kami, niscaya kami akan mengikutimu, dan
akan berperang bersamamu dalam perang khaibar.” Mereka berkata
seperti itu karena mereka hanya menginginkan harta rampasan[7].
Karena ini merupakan janji bagi orang-orang yang berangkat berjuang (jihad),
demikian sebaliknya.
يُرِيدُونَ أَن يُبَدِّلُوا۟ كَلَٰمَ
ٱللَّهِ
Sesungguhnya Allah menjanjikan bagi para
ahli Hudaibiyyah dengan harta rampasan Khaibar. Semuanya tidak berselisih
tentang itu kecuali orang-orang Badui. Karena sesungguhya telah datang suatu
berita yang benar yaitu: “Allah SWT menjanjikan bagi ahli Hudaibiyyah dengan
harta rampasan mekkah (harta rampasan Khaibar). Dan orang-orang yang kembali
(tidak ikut) maka baginya tidak memperoleh apapun.” Kemudian Allah
memerintahkan Rasulullah SAW untuk berkata kepada mereka :
قُل لَّن تَتَّبِعُونَا كَذَٰلِكُمْ
قَالَ ٱللَّهُ مِن قَبْلُ
Maksudnya Allah tidak mengizinkan mereka
untuk ikut berperang bersama Rasulullah. Karena Allah telah berkata (berpesan)
kepada Nabi Muhammad SAW ketika mereka pulang dari Hudaibiyyah. Yang isi
pesannya yaitu: “sesungguhnya harta rampasan Khaibar hanya untuk orang-orang
yang menyaksikan peristiwa Hudaibiyyah bersamamu (Muhammad) bukan untuk
selainnya (orang yang tidak ikut). Maka Kamu sekali-kali tidak (boleh) mengikuti
Kami, sesungguhnya harta itu bukan untuk mu, melainkan untuk selainmu”[8].
فَسَيَقُولُونَ بَلْ تَحْسُدُونَنَا
Jawaban mereka
terhadap pesan diatas adalah “Allah tidak berkata seperti itu sebelumnya, akan
tetapi kamu dengki terhadap kami, sehingga kami tidak diberikan bagian
sedikitpun dari harta rampasan tersebut.” Oleh karena itu, Allah
berfirman:
بَلْ كَانُوا۟ لَا يَفْقَهُونَ
إِلَّا قَلِيلًۭا
mereka tidak mengerti dalam urusan agama
kecuali hanya sedikit. Walaupun mereka mengerti apa yang mereka ucapkan tadi
kepada Rasulullah dan orang-orang mu‟min sesudah diberitakan kepada mereka
bahwa sesungguhnya Allah yang mencegah harta rampasan Khaibar untuk mereka
semua. Dan dalam hal ini terdapat bukti bahwa mereka semua berpaling dari hukum
Allah dan mereka juga menetapkan sifat “Dengki” terhadap Rasulullah dan
orang-orang mu‟min. Ini bukti bahwa mereka itu adalah orang yang bodoh dan
dangkal dalam berfikir[9].
Pada ayat-ayat
yang lalu, diterangkan sikap orang-orang munafik terhadap Rasulullah SAW yang
mengakibatkan kemurkaan dan laknat Allah kepada mereka di dunia, dan mereka
memperoleh azab neraka di akhirat. Pada ayat ini berikut ini, diterangkan keengganan
dan ketakutan beberapa kabilah arab di sekitar Madinah terhadap ajakan
Rasulullah SAW untuk pergi ke Mekkah melakukan ibadah umrah pada tahun
terjadinya perjanjian Hudaibiyah. Keengganan mereka
mengikuti ajakan Rasulullah SAW itu menunjukkan kelemahan iman mereka.
D. Hikmah yang dapat diambil dari surat al-Fath ayat 11-15
Hikmah dari
uraian penafsiran QS. al-Fath ayat 11-15 adalah sebagai berikut.
-
Hendaknya kita dapat menghindari sifat-sifat kemunafikan,
dan biasakan berbicara jujur.
-
Kita tidak boleh memiliki prasangka buruk terhadap
siapapun, tidak terkecuali terhadap
Allah SWT. karena, berburuk sangka hanya tumbuh dari hati yang hancur. Seperti
halnya kaum Badui yang memutuskan hubungan dengan Allah terhadap Rasul dan kaum
mukminin. Hati mereka hancur,
tidak bernyawa dan tidak memiliki kehidupan.
-
Hendaknya kita
harus menjauhi sifat-sifat kekufuran, dengan menambah keimanan pada diri kita
kepada Allah dan Rasul-Nya.
-
Menyusul perbuatan buruk dengan perbuatan baik (Taubat),
karena kebaikan akan menghapuskan kejelekan. Ketahuilah bahwa Allah maha
pengampun lagi Maha Penyayang.
-
Hendaknya kita menjauhi sifat egois, dengki, dan tamak,
seperti halnya kaum Badui yang tidak ikut dalam hudaibiyah tetapi menginginkan
harta rampasan Khaibar yang bukan hak mereka.
[1] Al-Qur’an dan Terjemahan.chm
[2] Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir
al-Maraghi, Juz 26, (Mesir: Maktabah Babul „Ilmi, 1946), hal. 92
[3] Abdullah bin Muhammad bin Ishaq
al-Seikh.Tafsir Ibnu Katsir juz 26.Pustaka Imam Syafi’i
[4] Ibid
[5] Ibid.hlm.437
[6] Ibid. hlm.347
[7] Ahmad Musthafa al-Maraghi, 1946.Tafsir al-Maraghi, Juz 26. Mesir: Maktabah Babul Ilmi,
1946) hal. 95
[8] Ibid
[9] Ibid. hlm.96
Komentar
Posting Komentar