Resume Tafsir Aqidah




TUHAN

A.    Pengertian
Menurut bahasa, Tuhan adalah kekuatan tersembunyi, kekuatan yang dahsyat, kekuatan di balik yang nyata, atau kekuatan yang luar biasa. Sedangkan menurut istilah Tuhan adalah Dzat yang telah menciptakan alam semesta dengan sifat kemahaan yang tidak ada tandingannya dan wajib disembah. Makna ini sesungguhnya untuk tuhan bagi umat Islam yang identik dengan Allah swt sebagai al-Ism al-A’zham.
Sedangkan pandangan  Tuhan menurut Ibn Arabi sebagai tokoh tasawuf Tuhan ada dengan sendirinya dan Tuhan itu ‘wahdatul wujud’ menyatu dengan makhluknya. Kemudian Ar-Razi mengatakan bahwa Tuhan bijaksana, tidak lupa, dan Tuhan pencipta segala sesuatu. Quraish Syihab mengatakan bahwa Tuhan itu mutlak adanya.
B.     Nama-Nama Tuhan
Beberapa nama Tuhan dalam Islam diantaranya:
1.      Isim ‘Azam yaitu Allah seperti disebutkan dalam surat Al-Fatihah ayat 1
بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ
2.      Asma al-Husna, Allah memiliki 99 nama yang disebut dengan Asmaul Husna. Disebutkan dalam Al-Qur’an surat al-Hasyr ayat 21-24
Kalau sekiranya Kami menurunkan Al Qur'an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir.
لَوْ أَنزَلْنَا هَٰذَا ٱلْقُرْءَانَ عَلَىٰ جَبَلٍۢ لَّرَأَيْتَهُۥ خَٰشِعًۭا مُّتَصَدِّعًۭا مِّنْ خَشْيَةِ ٱللَّهِ ۚ وَتِلْكَ ٱلْأَمْثَٰلُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
21
Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, Dia-lah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِى لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَٰلِمُ ٱلْغَيْبِ وَٱلشَّهَٰدَةِ ۖ هُوَ ٱلرَّحْمَٰنُ ٱلرَّحِيمُ
22
Dia-lah Allah Yang tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala keagungan, Maha Suci, Allah dari apa yang mereka persekutukan.
هُوَ ٱللَّهُ ٱلَّذِى لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلْمَلِكُ ٱلْقُدُّوسُ ٱلسَّلَٰمُ ٱلْمُؤْمِنُ ٱلْمُهَيْمِنُ ٱلْعَزِيزُ ٱلْجَبَّارُ ٱلْمُتَكَبِّرُ ۚ سُبْحَٰنَ ٱللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ
23
Dia-lah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
هُوَ ٱللَّهُ ٱلْخَٰلِقُ ٱلْبَارِئُ ٱلْمُصَوِّرُ ۖ لَهُ ٱلْأَسْمَآءُ ٱلْحُسْنَىٰ ۚ يُسَبِّحُ لَهُۥ مَا فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۖ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْحَكِيمُ
24

3.      Isim yang berhubungan dengan af’al Tuhan, yaitu Rabb . seperti dalam surat al-Fatihah ayat 2
ٱلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ ٱلْعَٰلَمِينَ

Perbedaan antara asma dan sifat, yaitu ketika Tuhan memiliki asma tentu memiliki sifat. Akan tetapi tidak selamanya sifat membutuhkan terhadap asma. Seperti dalam surat Al-Ikhlas ayat 1 dan surat al-Qashash ayat 77
Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa,
قُلْ هُوَ ٱللَّهُ أَحَدٌ

وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَآ أَحْسَنَ ٱللَّهُ إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ ٱلْفَسَادَ فِى ٱلْأَرْضِ ۖ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُحِبُّ ٱلْمُفْسِدِينَ
Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.

Hubungan Tuhan dengan Hamba-Nya

a.    Hubungan Kedekatan (QS. Al-Baqarah/2 : 186)
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِى عَنِّى فَإِنِّى قَرِيبٌ ۖ أُجِيبُ دَعْوَةَ ٱلدَّاعِ إِذَا دَعَانِ ۖ فَلْيَسْتَجِيبُوا۟ لِى وَلْيُؤْمِنُوا۟ بِى لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.
b.    Hubungan Kasih Sayang (Sabaqat Rahmatī ‘alā Ghodhobī). (QS. Ali Imran/3 : 159)
فَبِمَا رَحْمَةٍۢ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.


















AL-QUR’AN
A.    Pengertian
Ditinjau dari segi kebahasaan, Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab قرأ- يقرأ- قرأنا yang berarti "bacaan" atau "sesuatu yang dibaca berulang-ulang". Konsep pemakaian kata ini dapat juga dijumpai pada salah satu surat Al-Quran sendiri yakni pada ayat 17 dan 18 Surah Al-Qiyamah yang artinya:
“Sesungguhnya mengumpulkan Al-Quran (di dalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggungan Kami. (Karena itu,) jika Kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikuti {amalkan} bacaannya”.(QS. Al-Qiyamah : 17-18)
Pengertian Al-Qur’an Menurut Dr. Subhi Al Salihi “Kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan dengan mutawatir, membacanya termasuk ibadah”.
B.     Hubungan Al-Qur’an dengan Kitab Sebelumnya
Al-Qur’an sebagai pembenar bagi kitab-kitab sebelumnya. Dijelaskan dalam surat al-Maidah ayat 48.
وَأَنزَلْنَآ إِلَيْكَ ٱلْكِتَٰبَ بِٱلْحَقِّ مُصَدِّقًۭا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ ٱلْكِتَٰبِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ ۖ فَٱحْكُم بَيْنَهُم بِمَآ أَنزَلَ ٱللَّهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَآءَهُمْ عَمَّا جَآءَكَ مِنَ ٱلْحَقِّ ۚ لِكُلٍّۢ جَعَلْنَا مِنكُمْ شِرْعَةًۭ وَمِنْهَاجًۭا ۚ وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةًۭ وَٰحِدَةًۭ وَلَٰكِن لِّيَبْلُوَكُمْ فِى مَآ ءَاتَىٰكُمْ ۖ فَٱسْتَبِقُوا۟ ٱلْخَيْرَٰتِ ۚ إِلَى ٱللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًۭا فَيُنَبِّئُكُم بِمَا كُنتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Qur'an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,

C.    Fungsi Al-Qur’an
1.      Sebagai petunjuk. Q.S Al-Baqarah ayat 2
ذَٰلِكَ ٱلْكِتَٰبُ لَا رَيْبَ ۛ فِيهِ ۛ هُدًۭى لِّلْمُتَّقِينَ
Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,

2.      Sebagai pembeda
3.      Sebagai obat.
4.      Sebagai pemberi peringatan.



















KENABIAN
A.    Nabi Menurut Ibnu Sina (Filosof Islam)
Nabi menurut Ibnu Sina adalah seseorang yang kekuatan kognitifnya mencapai akal aktif, yakni malaikat Jibril. Hakikat akal aktif itu sesungguhnya adalah batasan antara dimensi ketuhanan dan dimensi kemanusiaan. Pendeknya, seorang Nabi adalah orang yang mampu berkomunikasi bukan saja dengan Tuhan tetapi juga kepada manusia. Sebab, bagi Ibnu Sina tugas kenabian sesungguhnya juga memerankan fungsi politik, dalam arti mampu menuntun manusia untuk mengetahui hukum baik-buruk dan memberikan teladan kepada mereka untuk melaksanakannya.
B.     Nabi dalam Al-Qur’an
Term Nabi dalam al-Qur’an terulang sebanyak 80 kali . 54 diantaranya dalam bentuk mufrod, dan 16 dalam bentuk jamak, dan 5 dalam bentuk mashdar. Dalam bentuk mufrod, menunjuk makna nabi secara umum, seperti dalam surat al-An’am ayat 112.
وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِىٍّ عَدُوًّۭا شَيَٰطِينَ ٱلْإِنسِ وَٱلْجِنِّ يُوحِى بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍۢ زُخْرُفَ ٱلْقَوْلِ غُرُورًۭا ۚ وَلَوْ شَآءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ ۖ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ
Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jika Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.

            Dalam bentuknya yang jamak, secara keseluruhan term nabi merujuk pada seseorang yang telah diutus oleh Allah. Seperti dalam surat al-Ahzab   ayat 7
وَإِذْ أَخَذْنَا مِنَ ٱلنَّبِيِّۦنَ مِيثَٰقَهُمْ وَمِنكَ وَمِن نُّوحٍۢ وَإِبْرَٰهِيمَ وَمُوسَىٰ وَعِيسَى ٱبْنِ مَرْيَمَ ۖ وَأَخَذْنَا مِنْهُم مِّيثَٰقًا غَلِيظًۭا
Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri), dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putera Maryam, dan Kami telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh,

            Sedangkan Nabi dalam bentuk mashdar merujuk pada pangkat kenabian yang diberikan kepada seseorang, seperti dalam surat Ali Imron ayat 79
مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَن يُؤْتِيَهُ ٱللَّهُ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْحُكْمَ وَٱلنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُوا۟ عِبَادًۭا لِّى مِن دُونِ ٱللَّهِ وَلَٰكِن كُونُوا۟ رَبَّٰنِيِّۦنَ بِمَا كُنتُمْ تُعَلِّمُونَ ٱلْكِتَٰبَ وَبِمَا كُنتُمْ تَدْرُسُونَ
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah." Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.
C.    Tafsir Ayat tentang Kenabian
Q.S Al-Kahfi ayat 110
قُلْ إِنَّمَآ أَنَا۠ بَشَرٌۭ مِّثْلُكُمْ يُوحَىٰٓ إِلَىَّ أَنَّمَآ إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌۭ وَٰحِدٌۭ ۖ فَمَن كَانَ يَرْجُوا۟ لِقَآءَ رَبِّهِۦ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًۭا صَٰلِحًۭا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِۦٓ أَحَدًۢا
Katakanlah: "Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan Yang Esa". Barang siapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya".

            Menurut Quraish Shihab, kata al-basyar penekanannya pada sosok dari manusia secara umum, yang tidak berbeda antara satu sama lainnya. Adapun kata al insan lebih menekankan perbedaan antara manusia satu sama lainnya. Jadi, menggunakan lafadz al-basyar untuk seorang nabi mengandung dua makna. Pertama, nabi adalah manusia biasa, tidak berbeda dengan manusia lainnya, baik dari segi fisik maupun naluri. Kedua, nabi adalah manusia yang memiliki tingkat kedewasaan utuh, yang mampu memikul tanggung jawab atas risalah kenabian yang diembannya.






















AKHIRAT
Akhirat dalam Surat Al-Hadid ayat 20
ٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا لَعِبٌۭ وَلَهْوٌۭ وَزِينَةٌۭ وَتَفَاخُرٌۢ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌۭ فِى ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَوْلَٰدِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ ٱلْكُفَّارَ نَبَاتُهُۥ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَىٰهُ مُصْفَرًّۭا ثُمَّ يَكُونُ حُطَٰمًۭا ۖ وَفِى ٱلْءَاخِرَةِ عَذَابٌۭ شَدِيدٌۭ وَمَغْفِرَةٌۭ مِّنَ ٱللَّهِ وَرِضْوَٰنٌۭ ۚ وَمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلْغُرُورِ
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.

Ayat diatas ditafsirkan oleh Quraish Syihab yang dipengaruhi oleh mazhab Syafi’i dan kaum Sunni menjelaskan bahwa akhirat itu suatu alam yang didalamnya terdapat adzab dan nikmat, kemudian adanya surga dan neraka.
Sedangkan menurut Al-Qurthubi yang notabene terpengaruh oleh Sunni dan mazhab Maliki, menafsirkan akhirat dengan kehidupan yang dimulai setelah kematian.






TAKDIR
A.    Pengertian
Secara bahasa, takdir berasal dari bahasa Arab, qadara yaqduru qadran, yang berarti kuasa mengerjakan sesuatu. Dan ketika membentuk kata taqdir mempunyai arti yang ditakdirkan, ditentukan Allah. Kata tersebut juga mempunyai arti dugaan,perkiraan, hipotesis berdasarkan atau menurut perkiraan. Percaya kepada taqdir termasuk rukun iman yang ke-6. Beriman kepada takdir artinya mempercayai dan meyakini bahwa Allah telah menjadikan segala makhluk dengan kodrat dan irodat-Nya.
B.     Macam-Macam Taqdir
1.      Taqdir azali, merupakan ketetapan Allah sejak zaman azali sebelum penciptaan langit dan bumi.
2.      Takdir seumur hidup sekali pada saat janin berumur 40 hari, sudah ditetapkan Allah tentang rejeki, umur dan jodohnya.
3.      Takdir setahun sekali. Disebutkan dalam al-Qur’an surat ad-Dukhan ayat 2-5
Demi Kitab (Al Qur'an) yang menjelaskan,
وَٱلْكِتَٰبِ ٱلْمُبِينِ
2
sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.
إِنَّآ أَنزَلْنَٰهُ فِى لَيْلَةٍۢ مُّبَٰرَكَةٍ ۚ إِنَّا كُنَّا مُنذِرِينَ
3
Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah,
فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ
4
(yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul,
أَمْرًۭا مِّنْ عِندِنَآ ۚ إِنَّا كُنَّا مُرْسِلِينَ
   5
4.      Takdir yang berlaku harian atau lebih singkat dari itu dalam al-Qur’an surat Ar-Rahman ayat 29
يَسْـَٔلُهُۥ مَن فِى ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِى شَأْنٍۢ
Semua yang ada di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya. Setiap waktu Dia dalam kesibukan
C.    Tafsir ayat takdir menurut Ibn Katsir
Q.S Thaha : 40
إِذْ تَمْشِىٓ أُخْتُكَ فَتَقُولُ هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَىٰ مَن يَكْفُلُهُۥ ۖ فَرَجَعْنَٰكَ إِلَىٰٓ أُمِّكَ كَىْ تَقَرَّ عَيْنُهَا وَلَا تَحْزَنَ ۚ وَقَتَلْتَ نَفْسًۭا فَنَجَّيْنَٰكَ مِنَ ٱلْغَمِّ وَفَتَنَّٰكَ فُتُونًۭا ۚ فَلَبِثْتَ سِنِينَ فِىٓ أَهْلِ مَدْيَنَ ثُمَّ جِئْتَ عَلَىٰ قَدَرٍۢ يَٰمُوسَىٰ

(yaitu) ketika saudaramu yang perempuan berjalan, lalu ia berkata kepada (keluarga Firaun): 'Bolehkah saya menunjukkan kepadamu orang yang akan memeliharanya?" Maka Kami mengembalikanmu kepada ibumu, agar senang hatinya dan tidak berduka cita. Dan kamu pernah membunuh seorang manusia, lalu Kami selamatkan kamu dari kesusahan dan Kami telah mencobamu dengan beberapa cobaan; maka kamu tinggal beberapa tahun di antara penduduk Mad-yan, kemudian kamu datang menurut waktu yang ditetapkan hai Musa,

Ibn Katsir menafsirkan bahwa Allah berfirman yang ditujukan kepada Nabi Musa as, bahwa Nabi Musa tinggal ditengah-tengah penduduk Madyan, karena lari dari Fir’aun. Nabi Musa datang ke Madyan atas darsar kehendak Allah, sampai waktu yang ditentukan. Maksud ‘menurut waktu yang ditentukan’ menurut Mujahid yakni sesuai dengan waktu yang Allah tentukan. Sedangkan menurut Abdurrazak dari Ma’mar dari Qatadah yakni sesuai dengan ketetapan risalah kenabian.









KEMATIAN
A.    Kematian Menurut Filsafat
Plato mengartikan kematian sebagai pemisahan bagian ruhaniah, yaitu jiwa, dari bagian fisik, yaitu badan. Setelah dipisahkan dari tubuh, jiwa dapat bertemu dan bercakap-cakap dengan arwah orang lain yang telah meninggal, dan dibimbing oleh arwah pelindung melalui peralihan dari kehidupan fisik ke dunia selanjutnya. Dia menyebutkan bagaimana beberapa orang mengharapkan dijemput oleh sebuah perahu pada waktu kematian mereka, yang akan membawa mereka mengarungi lautan menuju “pantai seberang”. Lebih lanjut Plato menegaskan bahwa jiwa yang telah dipisahkan dari tubuh pada waktu kematian dapat berpikir dan mempertimbangkan segala sesuatunya dengan lebih jelas dari sebelumnya. Segera setelah kematian kata Plato, jiwa menghadapi “pengadilan” tempat suatu “makhluk” Yang Agung memperlihatkan di hadapannya semua yang telah dilakukannya, apakah itu baik atau buruk, dan memaksa jiwa menghadapinya.
B.     Kematian Menurut Pandangan Islam
Peristiwa kematian hanya dimaknai sebatas berpindah tempat, yaitu dari kehidupan di dunia kemudian beralih ke alam kubur dan berlanjut ke alam yang lebih kekal, yaitu akherat.
Ayat tentang kematian
ٱللَّهُ يَتَوَفَّى ٱلْأَنفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَٱلَّتِى لَمْ تَمُتْ فِى مَنَامِهَا ۖ فَيُمْسِكُ ٱلَّتِى قَضَىٰ عَلَيْهَا ٱلْمَوْتَ وَيُرْسِلُ ٱلْأُخْرَىٰٓ إِلَىٰٓ أَجَلٍۢ مُّسَمًّى ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍۢ لِّقَوْمٍۢ يَتَفَكَّرُونَ
Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir.
C.    Tujuan Kematian
Q.S Al-Mulk : 2
ٱلَّذِى خَلَقَ ٱلْمَوْتَ وَٱلْحَيَوٰةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًۭا ۚ وَهُوَ ٱلْعَزِيزُ ٱلْغَفُورُ
Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun
























JIHAD
A.    Pengertian
Dari segi bahasa, jihad dalam al-Qur’an dengan sejumlah kata turunannya berasal dari kata juhd atau jahd. Kata jahd biasanya diartikan dengan sungguh-sungguh atau kesungguhan, letih atau sukar dan sekuat-kuat. Adapun kata juhd biasanya diterjemahkan dengan kemampuan, kesanggupan daya dan kekuatan.  Secara istilah, jihad berasal dari jahada yajhidu, yang berarti mencurahkan daya upaya atau bekerja keras. Pengertian ini pada dasarnya menggambarkan perjuangan keras atau upaya maksimalyang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan sesuatu dan menghadapi sesuatu yang mengancam dirinya.
Kata jihad digunakan dalam al-Qur’an sebanyak 14 kali dalam bentuk isim dan 27 kali dalam bentuk fi’il. Menurut Quraish Shihab bentuk kata yang digunakan dalam bentuk isim memberi kesan kemantapan, sedangkan bentuk fi’il mengandung arti pergerakan.
B.     Bentuk-Bentuk Jihad
1.      Jihad dengan al-Qur’an, Q.S al-Furqan: 52
فَلَا تُطِعِ ٱلْكَٰفِرِينَ وَجَٰهِدْهُم بِهِۦ جِهَادًۭا كَبِيرًۭا
Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Qur'an dengan jihad yang besar.
2.      Jihad dengan harta dan jiwa, Q.S at-Taubah : 41
ٱنفِرُوا۟ خِفَافًۭا وَثِقَالًۭا وَجَٰهِدُوا۟ بِأَمْوَٰلِكُمْ وَأَنفُسِكُمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌۭ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ
Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan atau pun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. Yang demikian itu adalah lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
C.    Tujuan Jihad
Berdasarkan Q.S al-Furqan ayat 52
فَلَا تُطِعِ ٱلْكَٰفِرِينَ وَجَٰهِدْهُم بِهِۦ جِهَادًۭا كَبِيرًۭا
Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Qur'an dengan jihad yang besar.
1.      Untuk memperluas penyebaran agama
2.      Untuk menguji kesabaran
3.      Untuk mencegah ancaman musuh
4.      Untuk mencegah kezhaliman
5.      Untuk menjaga perjanjian.























HIJRAH
A.    Pengertian
Secara bahasa, hijrah memiliki arti intiqâl (pindah), berubah, tark (meninggalkan), atau khurûj (keluar). Sedangkan secara terminologi hijrah ialah pindah dari Mekkah ke Medinah di masa Nabi saw sebagai perintah Allah swt untuk keselamatan diri, baik individual atau kolegial. (QS. Al-Nisâ`/4 : 100)
`tBur öÅ_$pkç Îû È@Î6y «!$# ôÅgs Îû ÇÚöF{$# $VJxîºtãB #ZŽÏWx. Zpyèyur 4 `tBur ólãøƒs .`ÏB ¾ÏmÏF÷t/ #·Å_$ygãB n<Î) «!$# ¾Ï&Î!qßuur §NèO çmø.ÍôムßNöqpRùQ$# ôs)sù yìs%ur ¼çnãô_r& n?tã «!$# 3 tb%x.ur ª!$# #Yqàÿxî $VJŠÏm§ ÇÊÉÉÈ  
Artinya: Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang Luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), Maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
B.     Macam-Macam Hijrah
1.      Hijrah makaniyah/ fisik. berpindah dari satu tempat ke tempat lain yang lebih baik dan menyelamatkan lahir dan batin, seperti yang dilakukan oleh Nabi saw dan para sahabatnya dari Mekkah ke Madinah.
Hijrah Ma’nawiyyah ialah meninggalkan segala yang dilarang oleh Allah swt menuju hal-hal yang diperintahkan dan diridai Allah swt. Kategori ini meliputi:
1). Dilihat dari segi Aktifitasnya
-          Hijrah dari maksiat ke Tha’at
-          Hijrah dari keburukan menuju kebaikan
-          Hijrah dari kekafiran menuju keimanan
-          Hijrah dari Kemusyrikan menuju ketauhidan
-          Hijrah dari kegelapan menuju pelita Ilahi
2). Dilihat dari segi Instrumennya
- Hijrah Qalbiyyah/I’tiqadiyyah dalam rangka salimat al-I’tiqad yang dapat melahirkan semangat melakukan perubahan.  (Barang siapa melihat kemunkaran, maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu, rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu, rubahlah dengan hatinya/ HR. Muslim)
- Hijrah Fikriyyah, Allah berfirman
tûïÏ%©!$# tbrãä.õtƒ ©!$# $VJ»uŠÏ% #YŠqãèè%ur 4n?tãur öNÎgÎ/qãZã_ tbr㍤6xÿtGtƒur Îû È,ù=yz ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur $uZ­/u $tB |Mø)n=yz #x»yd WxÏÜ»t/ y7oY»ysö6ß $oYÉ)sù z>#xtã Í$¨Z9$# ÇÊÒÊÈ  
Artinya: (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. (QS. Ali Imran/3 : 191)

tbrâßDù's?r& }¨$¨Y9$# ÎhŽÉ9ø9$$Î/ tböq|¡Ys?ur öNä3|¡àÿRr& öNçFRr&ur tbqè=÷Gs? |=»tGÅ3ø9$# 4 Ÿxsùr& tbqè=É)÷ès? ÇÍÍÈ  
Artinya: Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, Padahal kamu membaca Al kitab (Taurat)? Maka tidaklah kamu berpikir?. (QS. Al-Baqarah/2 : 44)

- Hijrah Syu’ûriyyah. (QS. Al-Nahl/16 : 125)
ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
- Hijrah Sulûkiyyah. (QS. Al-Baqarah/2 : 186)
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran. 
C.    Kegunaan dan Tujuan Hijrah
1.      Kegunaan Hijrah
a.       Memperbaiki diri. (QS. Al-Zumar/39 : 10)
قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang beriman, bertakwalah kepada Tuhanmu". Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu adalah luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.
b.      Memuliakan Islam dan umat Islam
c.       Menata kehidupan Islami (Masyarakat Madani)
2.      Tujuan Hijrah
a.       Untuk mendapatkan keridhaan Allah swt
b.      Memperoleh keselamatan lahir dan batin serta dunia dan akhirat















AKHLAK
A.    Pengertian
            Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan. Kata akhlak walaupun terambil dari bahasa Arab (yang biasa berartikan tabiat, perangai kebiasaan, bahkan agama), namun kata seperti itu tidak ditemukan dalam Al-Quran.
Yang ditemukan hanyalah bentuk tunggal kata tersebut yaitu khuluq yang tercantum dalam Al-Quran surat Al-Qalam ayat 4. Ayat tersebut dinilai sebagai konsiderans pengangkatan Nabi Muhammad Saw. sebagai Rasul,
B.     وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ  )دِين( عَظِيمٍ
Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti (beragama) yang agung. (QS. Al-Qalam [68]: 4).
Secara terminologi, ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh pakar dengan redaksi yang sedikit berbeda akan tetapi memiliki maksud yang hampir sama, atau bahkan sama.
            Ibn Miskawaih mendefinisikan akhlak adalah “keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran (terlebih dahulu).
            Imam Ghazali mendefinisikan akhlak adalah “akhlaq adalah sesuatu yang tertanam dalam jiwa yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran (terlebih dahulu)
.
C.    Macam-Macam Akhlak
1.      Akhlak Terpuji
Akhlak kepada Allah swt dengan cara mendengar dan Tha’at. Disebutkan dalam surat al-Baqarah ayat 285
z`tB#uä ãAqߧ9$# !$yJÎ/ tAÌRé& Ïmøs9Î) `ÏB ¾ÏmÎn/§ tbqãZÏB÷sßJø9$#ur 4 <@ä. z`tB#uä «!$$Î/ ¾ÏmÏFs3Í´¯»n=tBur ¾ÏmÎ7çFä.ur ¾Ï&Î#ßâur Ÿw ä-ÌhxÿçR šú÷üt/ 7ymr& `ÏiB ¾Ï&Î#ß 4 (#qä9$s%ur $uZ÷èÏJy $oY÷èsÛr&ur ( y7tR#tøÿäî $oY­/u šøs9Î)ur 玍ÅÁyJø9$# ÇËÑÎÈ  
Artinya: Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: Kami dengar dan kami taat. (mereka berdoa): Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali. (QS. Al-Baqarah/2 : 285)

Kemudian bentuk akhlak terhadap Allah yaitu berdzikir dan berdo’a, seperti dalam surat ali Imron ayat 191
tûïÏ%©!$# tbrãä.õtƒ ©!$# $VJ»uŠÏ% #YŠqãèè%ur 4n?tãur öNÎgÎ/qãZã_ tbr㍤6xÿtGtƒur Îû È,ù=yz ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur $uZ­/u $tB |Mø)n=yz #x»yd WxÏÜ»t/ y7oY»ysö6ß $oYÉ)sù z>#xtã Í$¨Z9$# ÇÊÒÊÈ  
Artinya: (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. (QS. Ali Imran/3 : 191)
Akhlak kepada Nabi Muhammad SAW dengan cara meneladaninya . Q.S Al-Ahzab ayat
ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ötƒ ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx. ÇËÊÈ  
Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS. Ahzab/3 : 21)

2.      Akhlak Tercela
Diantara akhlak tercela yaitu sombong. Allah melarang makhluknya yntuk berbuat sombong, karena kesombongan hanya milik Allah. Q.S Al-Isra ayat 37
وَلَا تَمْشِ فِى ٱلْأَرْضِ مَرَحًا ۖ إِنَّكَ لَن تَخْرِقَ ٱلْأَرْضَ وَلَن تَبْلُغَ ٱلْجِبَالَ طُولًۭا

Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAFSIR SURAT AN-NISA AYAT 100 TENTANG HIJRAH MENURUT IBN KATSIR