Critical Riview "Al-Qur'an"






Topik                           : Al-Qur’an
Referensi                     : Fazlu Rahman, 2000, Islam, Pustaka, Bandung


            Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril. Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad sebagai wahyu yang wahyu itu bukanlah sebuah tulisan ataupun suara, Al-Qur’an sendiri mengatakan “Allah tidak berbicara pada seorang manusiapun ( yakni dengan kata-kata bersuara ) kecuali melalui wahyu ( yakni dengan inspirasi ide kata ) atau dari balik tabir, atu ia mengutus seorang utusan ( Malaikat )yang berbicara melalui wahyu..... dan demikianlah kami berikan inspirasi kepadamu dengan satu Ruh dari perintah Kami... Jadi, dalam buku ini menjelaskan bahwa wahyu berdekatan artinya dengan ‘inspirasi’ dengan syarat bahwa tidak mengesampingkan model verbal.
            Saya sendiri menyimpulkan bahwa Al-Qur’an merupakan kalam atau firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai wahyu  melalui malaikat Jibril sebagai penyampai firman tersebut. Proses penyampaian firman Allah kepada malaikat Jibril adalah sebagai wahyu yang bukan merupakan tulisan ataupun suara, melainkan sebagai wahyu itu sendiri yang maknanya berdekatan dengan sebuah inspirasi atau ide kata. Malaikat Jibril diciptakan oleh Allah mempunyai kemampuan untuk memahami isi firman atau kalam Allah sehingga akhirnya malaikat Jibril mampu menyampaikan kalam Allah tersebut kepada Nabi Muhammad SAW. Yang saya pertanyakan jika wahyu didekatkan maknanya dengan sebuah inspirasi dan bukan bentuk suara ataupun tulisan, apakah Al-Qur’an itu disampaikan kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril atas inspirasi atau ide dari malaikat Jibril sebagai perantara antara Allah dan Nabi Muhammad SAW?
            Al-Qur’an sendiri diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dalam dua periode, yakni periode Makkah yang pada saat itu Nabi Muhammad sedang melalukan dakwah di Makkah. Al-Qur’an terdiri dari 114 surah, surah yang paling awal adalah surah Makiyyah yang cenderung memiliki ayat-ayat pendek. Ayat – ayat Makiyyah mengandung ‘momen psikologis’ yang dalam dan luar biasa. Bahkan dikatakan sang penulis memiliki sifat-sifat seperti ledakan – ledakan vulkanis yang singkat tapi kuat. Kedua, Al-Qur’an diturunkan pada periode Madinah yang pada saat itu Nabi Muhammad melakukan dakwah di Madinah. Ayat yang turun di Madinah berbeda dengan ayat Makiyyah, yang tadinya sebagai sentakan dan dorongan moral dan seruan-seruan religius semata menjadi pengarahan suatu tata kemasyarakatan yang kekal.

            Disini saya menangkap dan menyimpulkan bahwa Al-Qur’an diturunkan melalui periode Makkah dan Madinah. Ayat- ayat yang diturunkan di Makkah berisi sentakan dan seruan – seruan bagi masyarakat Makkah untuk beriman kepada Allah dan meninggalkan kebiasaan – kebiasaan jahiliyah mereka juga mengikuti ajaran – ajaran yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW. Sedangkan ayat-ayat yang diturunkan di Madinah merupakan suatu hukum atau tatanan masyarakat yang didalamnya mengatur tata cara bagaimana berhubungan dengan Allah dan sesama manusia. Perbedaannya dengan ayat Makkah yaitu pada saat Nabi Muhammad berada di Makkah, masyarakat Makkah pada saat itu belum mengenal ajaran Islam dan belum isa menerima ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, karena sebelumnya mereka memiliki kepercayaan yang dibawa oleh tokoh-tokoh yang datang sebelum Nabi Muhammad yang telah menyeleweng dari ajaran yang aslinya. Sehingga ayat-ayat yang turun di Madinah berisi ajakan dan seruan untuk beriman kepada Allah. Sedangkan pada periode Madinah ayat-ayat Al-Qur’an cenderung berisi hukum – hukum dan tatanan kemasyarakatan, karena pada saat itu Nabi Muhammad menjadi pemimpin di Madinah sekaligus berdakwah. Bersama kaum Muhajirin pengikut Nabi Muhammad SAW yang ikut hijrah ke Madinah dan kaum Anshor yang menjadi pribumi di kota Madinah itu sendiri Nabi menciptakan tatanan masyarakat yang sesuai dengan Al-Qur’an. Itulah perbedaan antara isi surah Makiyyah dan Madaniyyah.
            Ajaran dasar Al-Qur’an adalah sebagai semangat moral dan juga menunjukkan ide-ide  keadilan sosial dn ekonomi. Selanjutnya, Al-Qur’an sedikit demi sedikit menggariskan pandangannya dengan lebih lengkap. Suatu konsep tentang Tuhan, pencipta alam semesta, dikembangkan dimana sifat kreativitas, ketertiban, dan kasih tidak hanya terletak berdampingan atau ditambahkan satu pada yang lain saja, tetapi saling berjalin berkelidan.  Semisal ajaran shalat yang disebutkan dalam Al-Qur’an hanya tiga waktu, puasa sebulan penuh pada bulan Ramadhan, zakat, naik haji dan perintah untuk jihad. Semuanya dan segala sesuatu apapun ada dan bersumber pada Al-Qur’an.
            Selain membicarakan isi yang terkandung dalam Al-Qur’an, dengan mempelajari Al-Qur’an juga dapat muncul berbagai ilmu seperti ilmu tajwid, ilmu tafsir, ilmu balaghah, dan kmudian ilmu sastra Arab dll. Semua itu berasal dri Al-Qur’an itu sendiri. Jadi, dapat dikatakan bahwa Al-Qur’an merupakan pedoman umat Islam dan sebagai sumber sgala ilmu.

                                                           




Komentar

Postingan populer dari blog ini

TAFSIR SURAT AN-NISA AYAT 100 TENTANG HIJRAH MENURUT IBN KATSIR

Resume Tafsir Aqidah